Kelas: X TSM
Tujuan
Pembelajaran:
Ø Mengenal Ragam
Bahasa Baku
Ø Pengenalan ragam
bahasa/laras bahasa.
MENGENALI RAGAM
BAHASA BAKU
Kata baku adalah
kata yang cara pengucapan atau pun penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah
standar/kaidah-kaidah yang dibakukan.
Dalam membicarakan ragam bahasa baku, kita
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Bahasa baku
merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan
maupun tulis. Pemakaian bahasa baku ini terdapat pada:
Ø Pembicaraan di
muka umum. Misalnya: pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas.
Ø Pembicaraan
dengan orang yang dihormati, misalnya: berbicara dengan atasan, dengan
guru/dosen, atau dengan pejabat.
Ø Komunikasi
resmi, misalnya: surat dinas, surat lamaran pekerjaan/ UUD.
Ø Wacana teknis,
misalnya: makalah, tesis, disertasi, skripsi.
2.
Segi kebahasaan
yang telah diupayakan pembakuannya meliputi:
Ø Tata Bahasa Baku
Ø Kosa kata yang
berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Idonesia (KBBI)
Ø Istilah kata
yang berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah.
Ø Ejaan yang
berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD)
Ø Kriteria lafal
baku adalah tidak menampakkan dialek kedaerahan.
Fungsi
bahasa baku yaitu:
a.
Pemersatu
Pemakaian
bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu kesatuan
masyarakat bangsa, yaitu dapat dilihat pada kemampuannya dalam menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar.
b.
Pemberi
kekhasan
Pemakaian
bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya.
c.
Pembawa
kewibawaan
Pemakaian bahasa baku dapat
memperlihatkan kewibawaan pemakaiannya.
d.
Kerangka
Acuan
Bahasa
baku menjadi tolak ukur benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang/sekelompok
orang.
Ciri-ciri
Bahasa Baku:
1.
Tidak
dipengaruhi bahasa daerah.
contoh: dilihatin (tidak baku)
seharusnya dilihat (baku)
2.
Tidak
dipengaruhi oleh bahasa asing
contoh: lain kesempatan (tidak baku)
seharusnya kesempatan lain (baku)
3.
Bukan
ragam bahasa percakapan
contoh: Kasih (tidak baku) seharusnya
memberi (baku), tapi (tidak baku) seharusnya tetapi (baku).
4.
Pemakaian
imbuhan secara eksplisit
contoh: Ia kerja keras (tidak baku)
seharusnya Ia bekerja keras (baku), Tyson serang lawannya (tidak baku)
seharusnya Tyson menyerang lawannya (baku).
5.
Pemakaian
yang sesuai dengan konteks kalimat
contoh: disebabkan dengan (tidak baku)
seharusnya disebabkan oleh (baku)
6.
Tidak
terkontaminasi (tidak tercampur baur) dan tidak rancu (tidak bermakna ganda).
Contoh: mengenyampingkan (tidak baku)
seharusnya mengesampingkan (baku).
7.
Tidak
mengandung arti pleonasme (gejala penggunaan unsur bahasa berupa fakta yang
berlebihan).
contoh:
Tidak Baku Baku
Para tamu-tamu Para tamu
Pada zaman dahulu kala Pada zaman dahulu
Maju ke depan Maju
Mundur ke belakang Mundur
8.
Tidak
mengandung hiperkorek (kata yang sudah benar disalahkan karena ketidaktahuan
pengguna)
contoh:
Tidak Baku Baku
Insyaf Insaf
Syah Sah
Pitamin Vitamin
pitnah Fitnah
Aktip Aktif
Jawablah
soal dibawah ini dengan singkat dan tepat!
1.
Tuliskan
fungsi dan ciri-ciri bahasa baku!
2.
Ubahlah
kata-kata dibawah ini sehingga menjadi kata baku!
Ø fihak
Ø jatwal
Ø sholat
Ø mushola
Ø Metoda
Ø Izazah
Ø Pitnah
Ø Aktip
Ø Sistim
Ø Apotik
3.
Bacalah paragraf
di bawah ini!
Sebagaimana
udara dan air, tanah merupakan componen penting dalam hidup kita. Tanah
berperan penting dalam pertumbuhan makhluk hidup, memelihara ekosystem dan
memelihara siclus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh
pembuangan sampah yang tidak memenuhi sarat. Kebocoran limbah cair dari
industri atau pasilitas comersial, atau kecelakaan kendaraan pengangkut minyak,
zat kimia atau limbah yang kemudian tumpah ke permukaan tanah.
Carilah bentuk
kata yang tidak baku kemudian betulkan!
NB:
Ø
Catatan
dikumpulkan
Ø
Absen
yang tidak datang
Ø
Letakkan
diatas meja (di ruangan bahasa Indonesia)
Pekanbaru, 20
Agustus 2015
A. Memahami Ragam Bahasa
Pengertian.
Ragam
bahasa yaitu, Variasi bahasa menurut penutur/pembicara dan cara penyampaiannya.
Ragam bahasa Indonesia ditimbulkan karena adanya pengaruh:
Ø
faktor
sejarah
Ø
perkembangan
masyarakat
Ø
faktor
yang terdapat pada pemakai bahasa seperti: pendidikan, usia, agama, bidang
pekerjaan, sikap penutur, dan juga latar belakang budaya daerah.
Secara garis
besar, ragam bahasa yang ada di Indonesia antara lain:
1. Idiolek
Ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Misalnya: Ragam Bahasa
B.J Habibi berbeda dengan gaya bahasa
Joko Widodo.
2. Dialek (logat)
Ragam bahasa
yang digunakan oleh orang di daerah tertentu/ sekelompok orang. Misalnya: Logat
orang Sumatera Utara berbeda dengan logat orang Melayu.
3. Sosiolek
Ragam bahasa
yang digunakan oleh kelompok anggota masyarakat dari golongan sosial tertentu.
Misalnya: ragam bahasa yang digunakan oleh orang berpendidikan tentu berbeda
dengan ragam bahasa masyarakat umum. Contoh: ragam bahasa yang digunakan oleh
non kependidikan dapat dilihat dari tata bunyi yang digunakannya. Misalnya:
pitnah seharusnya fitnah, pitamin seharusnya vitamin, pilem seharusnya film dan
lain sebagainya.
4. Fungsiolek
Ragam bahasa
yang digunakan dalam kegiatan, pekerjaan/profesi tertentu. Pada fungsiolek
dapat dikenali dari perbedaan pada pemilihan sejumlah kata/ungkapan khusus yang
digunakan dalam bidang/ dalam pembahasan pokok persoalan yang bersangkutan.
Misalnya:
Ø Bidang Militer:
Panglima, Saptamarga, Komandan
Ø Bidang Politik:
Veto, Pemilihan umum, partai
Ø Bidang
Kedokteran: Nyeri, Akut, Asam Urat, Rematik.
5.
Ragam
bahasa yang digunakan dalam situasi formal disebut bahasa baku atau standar.
Ragam bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah fonologi, morfologi,
sintaksis secara tetap. Misal: digunakan dalam kuliah, khotbah, pidato resmi,
ceramah, siaran radio dan televisi.
6.
Ragam
bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau situasi tidak resmi. Misal:
dalam percakapan yang akrab di lingkungan keluarga, teman, tawar menawar di
pasar, dan sebagainya.
7.
Ragam
bahasa yang digunakan secara lisan biasa disebut bahasa lisan/ragam bahasa
tertulis. Keduanya digunakan secara berbeda, misalnya: ragam bahasa lisan
biasanya ketika penutur mengungkapkan sesuatu agar lebih jelas maknanya selalu
dibantu oleh gerak tubuh, intonasi, nada, dan tekanan suara. Sedangkan ragam
bahasa secara tertulis biasanya ketika penulis mengungkapkan sesuatu agar dapat
lebih dimengerti maksud/maknanya dengan benar, maka harus mengikuti kaidah tata
bahasa, struktur kalimat yang benar, dan tanda-tanda baca yang tepat.