Kamis, 23 Juli 2015

Legenda Lancang Kuning


Kamis, 16 Juni 2011
Legenda Lancang Kuning
Sebutan Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada yang kecil dan ada pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan air pada masa lalu. Dalam masyarakat Riau lebih dikenal dengan lancang kuning yang merupakan suatu lambang kebesaran daerah Riau karena itu lancang kuning ditetapkan menjadi lambang dan nyanyi daerah Riau.

Adapun cerita lancang kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di bukit batu. Wilayah kabupatin bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh raja yang bernama datuk laksmana perkasa alim serta dibantu dua orang panglima yaitu panglima umar dan panglima hasan. Panglima umar adalah seorang panglima yang dipercayai datuk laksmana perkasa untuk menyelesaikan sesuatu jika terjadi persoalaan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi perampokan di perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik.

Pada suatu hari panglima umar menghadap datuk laksmana perkasa untuk menyampaikan hasrat hati yaitu untuk mempersunting zubaidah, seorang gadis negeri itu. Permohonan umar disambu dengan baik oleh datuk laksmana, dengan persetujuan datuk laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan diadakan pesta dan keramaian besar-besaran.
Rupanya keparcayaan yang diberikan dan perkawinan panglima umar dengan zubaidah menimbulkan rasa tidak senang bagi panglima hasan, timbul dendam. Hal ini timbul dikarenakan rupanya panglima hasan juga simpati dan mencintai zubaidah itu. Rupanya apa yang diinginkan itu telah di dahului panglima umar.

Untuk melepaskan rasa sakit hati panglima hasan mencari akal bagaimana agar zubaidah dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya panglima hasan menyuruh bomo menyampaikan kepada datuk laksmana bahwa dia bermimpi agar datuk laksmana membuat lancang kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang disampaikan pawang bomo diterima oleh datuk laksmana, sehingga lancang kuning dikerjakan siang malam setelah lancang kuning hampir selesai tersebar berita bahwa bathin sanggoro telah melarang para nelayan bukit batu untuk mencari ikan di tanjung jati.

Dengan adanya berita ini datuk laksmana memerintahkan agar panglima umar berangkat dan menemui bathin sanggoro, sungguh berat hati panglima umar untuk berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi ia akan melahirkan, tapi karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan yang tercinta.

Setelah berlayar beberapa hari sampailah panglima umar kepada bathin sanggoro dan di ceritakan semua berita yang tersebar di bukit batu. Mendengar cerita itu bathin sangoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang nelayan bukit batu menangkap ikan di tanjung jati. Mendengar cerita bathin sanggoro panglima umar termenung dan berfikir, apakah karangan yang terjadi di balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini lalu bathin sanggoro menganjurkan agar berita ini diselidiki dari mana asal muasalnya, dan di selidiki sewaktu perjalanan pulang.

Rupanya apa yang disampaikan bathin sanggoro dituruti panglima umar, sewaktu perjalanan pulang panglima berkeliling, guna mencari siapa yang membuat berita ini, sehingga tidak dirasakannya bahwa perjalanannya sudah satu bulan.

Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu lancang kuning akan diluncurkan ke laut. Dibalai-balai telah banyak pemuka kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran lancang kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira terkecualai zubaidah, karena suaminya panglima umar sudah satu bulan pergi dan sampai saat ini belum juga kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadari acara peluncuran
lancang kuning kelautan pada malam itu.

Setelah semua keparluan peluncuran lancang kuning di siapkan pawang domo memberikan petunjuk kepada datuk laksmana.acara peluncuran di mulai dengan tepung tawar pada dinding lancang kuning, kemudian di lanjutkan panglima hasan dan pemuka masyarakat lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan pengasapan dan baru lah semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri disamping lancang kuning dan semua bunyi-bunyian di bunyikan dan semua yang telah memegang lancang kuning mendorong, tetapi alangkah anehnya, lancang kuning tersebut tidak bergerak sedikit pun hal ini dikerjakan berulang-ulang bahkan tenaga sudah di tambah, namun lancang kuning tidak juga bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-tanya, muka pawang domo merah padam.
Pawang domo segera bersembah kepada datuk laksmana dan berkata: ampunkan tuan ku yang mulia! Rupanya lancang kuning tidak bisa di luncurkan jika. . . . jika apa wak domo ? kata datuk laksmana, katakan lah! Jika lancang kunning ingin juga di luncurkan harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang di perlukan wak domo? Tuan ku yang mulia, bukan kerbau. Wak domo menghampiri datuk laksmana dan membisikkan bahwa kurban yang di perlukan adalah perempuan hamil sulung datuk laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada pawang domo bahwa agar perluncuran lancang kuning di undurkan saja.

Setelah sebagian orang pulang, panglima hasan pergi kerumah zubaidah dan di dapatinya zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejutdengan kedatangan panglima hasan sambil berkata: mengapa lagi kau kesini panglima hasan? Berkata panglima hasan: zubaidah apa lagi yang kau tunggu zubaidah? Suami mu tidak akan kembali lagi, kerena itu biar akau yang menjadi ayah anak mu itu! Apa kata mu panglima pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya bersuamikan kamu! Apa ? jawab panglima hasan. Jika kamu masih menolak permintaan ku, kamu akan saya jadikan gilingan lancang kuning yang akan di luncuran kelaut.

Karena zubaidah tetp menolak permintaan pangliama hasan, maka zubaidah di tarik dan matanya di tutup dengan di bantu oleh pengawalnya, setelah sampai di lancang kuning yang akan di luncurkan, panglima hasan mendorong tubuh zubaidah kebawah lancang kunung dan ketika itu juga panglima hasan memerintahkan supaya lancang kuning di dorong kelaut. Hanya di dorong oleh beberapa orang saja lancang kuning itu meluncur dengan mulus.
Setelah lancang kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging zubaidah berserakan di tanah dan dan ketika itu turun lah hujan lebat petir dan angin kencang serta bertepatan waktu itu panglima umar merapat ke pelabuhan bukit batu.

Setelah perahu di tambatkan di pelabuhan panglima umar langsung kerumah untuk melihat istri dan anaknya yang telah di tinggalkan selama sebulan, tapi setelah sampai di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya zubaidah tetapi tidak ada jawaban. Hati panglima sudah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan, di tengah jalan berpapasan dengan panglima hasan, langsung panglima umar bertanya kepadanya, dimana gerangan istri ku, panglima hasan menceritakan, istrinya zubaidah telah di jadikan gilingan lancang kuning oleh datuk laksmana.

Mendengar cerita panglima hasan tersebut panglima umar langsung pergi ketempat peluncuran lancang kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah sedih hati panglima umar melihat tubuh istrinya itu, di sapunya darah yang ada yang di tanah itu serta di usapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada datuk laksmana, tetapi baru saja ia berjalan di lihatnya datuk laksmana berjalan kearahnya.

Setelah mereka bertemu pangliama umar langsung menyerang datuk laksmana dengan pedang yang panjang keperut datuk laksmana, tanpa ada pembicaraan sedikit pun, akhirnya datuk laksmana mati ditangan panglima umar, ketika itu juga datanglah pawang domo serta menceritakan segala kejadian yang sebenarnya, bahwa yang menjadikan zubaidah untuk gilingan lancang kuning adalah panglima hasan, tanpa mengulur waktu panglima umar pergi mencari panglima hasan.
Dari kejauhan panglima umar melihat panglima hasan sudah bersiap-siap untuk melarikan diri menuju lancang kuning tapi belum sempat melepaskan talinya panglima umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata: nah. . . malam ini. . . engkau atau aku akan mati. Dengan di saksikan penduduk mereka berkelahi di atas lancang kuning. Dan akhirnya panglima hasan dapat di tikam panglima umar dan matinya jatuh kelaut.

Waktu itu lah panglima umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang ada di pantai bahwa ia telah membunuh datuk laksmana karena perbuatan panglima hasan dan panglima hasan pun sudah mati di tangannya, kerna itu ia akan pergi dengan lancang kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di tanjung jati datanglah ombak besar dan angin topan sehingga lancang kuning tersebut karam dan ia bersama lancang kuning terkubur dalam laut tanjung jati serta kejayaan kerajaan negeri bukit batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tinggal setumpuk rumah saja lagi.
Diposkan oleh ahmat arejat di 05:50




Sungai Pakning
Sungai Pakning
Sungai Pakning
Sungai Pakning adalah ibukota kecamatan Bukit Batu, Kab.Bengkalis, Provinsi Riau. Sungai Pakning terletak di sebelah selatan Pulau Bengkalis yang dipisahkan Selat Bengkalis . Sebelah utara Pulau Bengkalis berbatasan dengan Selat Malaka, salah satu selat tersibuk di dunia.
Untuk mencapai ibukota provinsi Riau, Pekanbaru, dapat ditempuh melalui transportasi darat maupun laut. Dibutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan dengan menggunakan minibus ataupun speedboat yang melalui Sungai Siak.
Sungai Pakning berpenduduk sekitar 10.000 jiwa. Mayoritas penduduk adalah suku Melayu, Tionghoa, dan Jawa. Sedangkan kecamatan Bukit Batu berpenduduk sekitar 29.000 jiwa. Sebagian besar penduduk bekerja dalam bidang perkebunan, pegawai Pertamina Up II Sungai Pakning, Nelayan.
Pelabuhan Sei Pakning
Pelabuhan Sei Pakning











Selasa, November 18, 2008
PENDEKATAN HISTORIS
PENDEKATAN SEJARAH

PENGERTIAN SEJARAH
lKata sejarah berasal dari kata syajaratun, yang berarti pohon. Makna kata pohon dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja atau dinasti tertentu
lDalam bahasa Indonesia, sejarah mengandung tiga pengertian. Pertama, sejarah adalah silsilah atau asal-usul. Kedua, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ketiga, sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau
lMenurut Kamus Indonesia-Inggris, kata "sejarah" diterjemahkan sebagai history, yang mengandung beberapa arti.
lhistory merupakan kumpulan peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi berturut-turut dari masa lalu sampai masa sekarang dan bahkan sampai masa depan.
lhistory merupakan suatu catatan atau deskripsi naratif dari peristiwa-peristiwa masa lalu.
lhistory merupakan disiplin ilmu yang mencatat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang mencakup manusia.
lhistory merupakan semua yang diingat tentang masa lalu dalam bentuk tulisan
lAristoteles: sejarah berbeda dengan puisi dan filsafat. Sejarah bersifat partikular dan aktual sudah terjadi. Sementara puisi dan filsafat bergelut dengan yang universal dan dengan apa yang ada dan mungkin ada.
lFrancis Bacon:, sejarah berbeda dengan disiplin ilmu yang lain berdasarkan materi pokoknya. Sejarah mempelajari apa yang berkisar dalam waktu dan tempat, dengan menggunakan ingatan sebagai instrumen esensialnya.
lVico: sejarah adalah disiplin ilmu pertama manusia. Manusia hanya dapat mengerti apa yang sudah dibuatnya sendiri. Sejarah menjadi pusat pengertian manusia, karena manusia menciptakan sejarah
lIbn Khaldun [al-Muqaddimah] yang menjadi pengantar [Kitab al-'Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar]: definisi sejarah dari dua sisi. Pada sisi eksternal, sejarah tidak lebih dari penginformasian mengenai peperangan, negara-negara dan masyarakat pada masa silam. Pada sisi internal (batin) sejarah merupakan observasi, analisis, dan kajian secara cermat terhadap prinsip-prinsip semesta dan sebab-sebab yang mendasarinya.
lSejarah adalah pengetahuan tentang proses-proses berbagai realitas dan sebab-musababnya secara mendalam
lCollingwood: sejarah merupakan ilmu atau suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menaruh perhatian terhadap tindakan manusia pada masa lalu yang diperoleh melalui interpretasi bukti-bukti sejarah dan demi self-knowledge manusia. Dengan pengertian ini, manusia berkepentingan melihat masa lalunya sendiri dengan kaca mata sekarang.
lKuntowijoyo: sejarah berarti sebuah rekonstruksi masa lalu. Sejarah menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis dan unik. Sejarah itu diakronis karena sejarah memanjang dalam waktu. Sejarah bersifat ideografis, karena sejarah bersifat menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena sejarah melakukan penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu, di situ dan waktu itu.
lEdward Hallett Carr: sejarah adalah sebuah proses interaksi secara terus-menerus antara sejarawan dengan fakta-faktanya. Interaksi ini merupakan wujud sebuah dialog tanpa akhir antara masa sekarang ketika sejarawan hidup dengan masa lalu, yaitu fakta itu sendiri.

SEJARAH SEBAGAI PERISTIWA, KISAH, ILMU, SENI
lSejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau; melihat sejarah sebagaimana terjadinya (histoire realite) yang berhubungan dengan manusia; bersifat obyektif
lSejarah sebagai kisah merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau; bersifat subyektif
lSejarah sebagai ilmu positif (Leopold von Ranke): sejarawan agar menulis apa yang sesungguhnya terjadi. Dengan menulis apa yang sesungguhnya terjadi, sejarah akan menjadi objektif. Dengan melihat manusia tertentu, sejarah berbeda dengan filsafat yang abstrak dan spekulatif
lSejarah sebagai seni karena sebagaimana seni, sejarah juga membutuhkan intuisi, emosi dan gaya bahasa

JENIS SEJARAH
lSejarah ekonomi: studi sejarah tentang usaha-usaha manusia untuk menyediakan barang dan jasa bagi dirinya, institusi-institusi dan hubungan antar manusia yang diakibatkan oleh usaha tersebut, teknik-teknik dan cara pandang yang berubah karena perkembangan ekonomi serta keberhasilan dan kegagalan mereka. Contoh: Rostow
lSejarah politik: tentang rentetan peristiwa politik, seperti masa pemerintahan seorang raja, kejatuhan seorang raja dari tampuk kekuasaannya dan pemberontakan yang terjadi pada masa seorang raja memerintah. Contoh: Donald K. Emmerson
lSejarah sosial meneliti masyarakat secara total dan global, tema-tema seperti sejarah pada sebuah kelas sosial sepanjang tetap merupakan sejarah pada sebuah unit masyarakat dengan ruang lingkup dan waktu tertentu, akan menjadi fokus dari sejarah sosial. Tokoh: Lucien Febvre dan March Bloch
lSejarah kebudyaan dipelopori Burckhardt dan Huizinga. Burckhardt: sejarah kebudayaan mendahului bermacam jenis penulisan sejarah sesudahnya. Menurutnya, pendekatan sejarah kebudayaan bersifat sinkronis, sistematis, dan tanpa kesalahan kronologis. Bagi Huizinga: sejarah kebudayaan terkait tentang struktur yang dapat melihat gejala-gejala yang mempunyai makna jelas dalam dirinya. Tugas sejarah kebudayaan adalah mencari pola kehidupan, kesenian dan cara berpikir bersama-sama dalam suatu zaman

PERIODESASI DAN KRONOLOGI
lMakna periodesasi berhubungan dengan generalisasi. Generalisasi adalah upaya penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum. Ada dua tujuan generalisasi. Pertama, untuk saintifikasi, bahwa sebagaimana ilmu-ilmu yang lain, sejarah juga melakukan penyimpulan umum. Kedua, untuk simplifikasi atau penyederhanaan
lSalah satu generalisasi sejarah adalah generalisasi periodik atau periodisasi. Periodisasi merupakan pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu
lPeriodisasi dapat dilakukan berdasarkan perkembangan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan agama
lKronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu.
lTujuan kronologi: untuk menghindari anakronisme atau kerancauan waktu dalam sejarah. Dengan konsep kronologi, peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu terjadinya.
lDengan kronologi, kita dapat melihat kaitan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di belahan bumi yang satu dengan peristiwa yang terjadi di belahan bumi yang lain.

PENDEKATAN DALAM SEJARAH
lPendekatan sejarah dari bawah menekankan bahwa sejarah tidak hanya perlu menyoroti para tokoh besar atau elit saja, tetapi juga orang-orang kebanyakan di masa lalu
lMicrostoria atau sejarah mikro sebagai usaha mempelajari masa lalu pada level komunitas kecil, baik itu berupa desa, jalan, keluarga, atau bahkan individu yang memungkinkan pengalaman konkret kembali memasuki sejarah sosial
lPendekatan altagsgeschichte atau sejarah keseharian merupakan pendekatan yang bisa menembus pengalaman manusia dan membawanya ke sejarah sosial
lHistory de l'immaginaire atau sejarah mentalitas dapat dilihat sebagai versi sehari-hari sejarah intelektual atau sejarah ide-ide

KEGUNAAN SEJARAH
lSecara intrinsik, sejarah berguna sebagai ilmu, sebagai cara mengetahui masa lampau, sebagai pernyataan pendapat dan sebagai profesi
lSementara itu, secara ekstrinsik, sejarah dapat digunakan sebagai liberal education. Sejarah mempunyai fungsi pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan ilmu bantu

LANGKAH PENELITIAN SEJARAH
lKontinuitas dan diskontinuitas sejarah dapat dilihat melalui proses penelitian sejarah. Menurut Kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahapan. Kelima tahapan itu adalah pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintetis) serta historiografi (penulisan sejarah).

PEMILIHAN TOPIK
lDalam pemilihan topik, ada dua hal yang mempengaruhi kita, yaitu kedekatan emosional dan intelektual terhadap topik yang dipilih.
lDalam memulai pemilihan topik penelitian, kita dapat berpegang pada empat perangkat pertanyaan. Pertama, perangkat pertanyaan yang bersifat geografis (Dimana?). Kedua, perangkat pertanyaan yang bersifat biografis (Siapa?). Ketiga, perangkat pertanyaan yang bersifat kronologis (Bilamana?). Keempat, perangkat pertanyaan yang bersifat fungsional atau okupasional (Apa? Atau lingkungan manusia mana yang paling menarik?)
Untuk memilih topik hindari hal-hal berikut:
lKesalahan Baconian: sejarah adalah ilmu empiris. Metode satu-satunya yang tepat adalah metode induksi, yaitu dari pengetahuan tentang hal-hal yang khusus dapat disimpulkan sebagai pengetahuan yang umum. Sejarawan melakukan kesalahan Baconian ketika ia beranggapan bahwa tanpa teori, konsep, ide, paradigma, praduga, hipotesis, atau generalisasi yang lain, penelitian sejarah dapat dilakukan.
lKesalahan terlalu banyak pertanyaan. Pertanyaan yang terlalu banyak membuat titik pembicaraan akan hilang.
lKesalahan pertanyaan yang bersifat dikotomi. Sejarawan kadang-kadang berpikir bahwa hitam-putih suatu peristiwa atau tokoh sejarah seolah-olah hanya mempunyai dua kemungkinan. Topik seperti Diponegoro: Pemberontak atau Pejuang?

HEURISTIK
lHeuristik merupakan istilah yang digunakan untuk pengumpulan informasi mengenai topik penelitian sejarah. Kata heuristik berasal dari kata Yunani, heureskien yang berarti menemukan
lHeuristik menekankan agar para sejarawan selalu mengingat bibliografi singkat mengenai buku-buku yang pasti diperlukan untuk penelitian yang serius, di antaranya adalah bibliografi yang sesuai dengan subjek penelitian, katalog, ensiklopedia, kamus biografi, kamus sejarah yang baik, kamus tematis yang baik seperti kamus ekonomi atau kamus sosiologi, lalu kamus yang baik mengenai asas-asas sejarah, buku sejarah umum, majalah sejarah, serta dokumen-dokumen yang diterbitkan. Sejarawan tidak hanya bekerja dengan buku-buku, ia juga harus menggunakan materi yang tidak terdapat di dalam buku itu, seperti bahan-bahan arkeologis, epigrafis, numismatis, dokumen resmi dan dokumen pribadi
Untuk mengetahui dokumen yang penting, ingat empat aturan umum berikut.
lSemakin dekat waktu pembuatan dokumen dengan peristiwa yang direkamnya, maka semakin baik dokumen tersebut bagi tujuan sejarah,
lSemakin serius pengarang membuat rekaman peristiwa, dokumennya akan semakin dapat dipercaya sebagai sebuah sumber sejarah.
lSemakin sedikit segmen pembaca yang dirancang untuk sebuah dokumen (misalnya semakin besar sifat rahasianya), maka semakin besar kemungkinannya bahwa dokumen itu bersifat murni.
lSemakin tinggi tingkat keahlian si penyusun laporan pada bidang yang dilaporkannya, maka laporan itu akan semakin dapat dipercaya
Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari dalam pengumpulan sumber:
lKesalahan holisme: kesalahan yang terjadi karena memilih satu bagian yang penting, dan menganggap pemilihan bagian tersebut dapat mewakili keseluruhannya.
lKesalahan pragmatis: sumber dipilih untuk tujuan tertentu. Pengumpulan sumber seperti ini sering tidak utuh.
lKesalahan ad hominem. Kesalahan ini muncul karena dalam pengumpulan sumber sejarah orang memilih orang, otoritas, profesi, pangkat atau jabatan tertentu. Untuk menghindarinya, perlu dilakukan pengumpulan data dari tiga sumber, yaitu dari pihak yang berkaitan dengan peristiwa, pihak yang saling bertentangan dan saksi mata yang tidak terlibat sama sekali.

VERIFIKASI
lVerifikasi: proses pengujian terhadap data-data sejarah. Cara pengujiannya antara lain dengan mengajukan sejumlah pertanyaan logis berkaitan dengan peristiwa sejarah tersebut atau dengan membandingkan dan menghadirkan sejumlah data lain yang berkaitan dengan peristiwa sejarah yang sama.
lFungsi verifikasi sering disebut sebagai kritik sejarah. Salah satu bentuk verifikasi adalah verifikasi otentisitas sumber atau kritik ekstern.
Naskah kadang dipalsukan karena alasan tertentu, seperti:
luntuk mendukung suatu klaim yang palsu. Contohnya, Donasi Konstantinus yang pernah dikutip untuk mendukung teori bahwa Paus mempunyai klaim teritorial yang luas di barat. Pada tahun 1440, Lorenzo Valla memperlihatkan anakronisme dalam dokumen itu yang membuktikan bahwa dokumen itu palsu.
luntuk mengejar keuntungan. Misalnya, Robert Spring seorang pedagang ortografi pernah membuat ratusan pemalsuan surat-surat untuk memenuhi permintaan para kolektor.
ldemi kepentingan propaganda politik. Misalnya, "The Protocolt of the Elders of Zion" merupakan suatu dokumen yang berpretensi untuk mengungkapkan komplotan Yahudi yang nekad menguasai dunia.
Alasan dokumen dipalsukan:
luntuk menyesatkan dengan tujuan agar isi dokumen itu diperhatikan oleh pembacanya. Misalnya, surat pernyataan yang berisi wishful thinking dari beberapa pelarian Perancis seolah-olah merupakan pendapat dari Maharaja Leopold II tentang revolusi Perancis. Hal ini merupakan dokumen yang menyesatkan pembacanya karena pengarang surat itu sebenarnya bukan Maharaja Leopold II. Maharaja Leopold II ditetapkan sebagai pengarang supaya surat itu dibaca.
luntuk menyesatkan (misrepresentasi) dengan tujuan agar pengarang yang sebenarnya tidak diketahui. Hal ini kerap kali terjadi pada saat sensor dapat mengutuk isi karya tulis seorang pengarang dan pengarangnya sendiri. Pengutukan ini diikuti dengan pembakaran naskah dan pemenjaraan pengarangnya. Untuk menghindari hal ini, banyak pengarang yang memalsukan namanya. Misalnya, sulit bagi kita untuk mengetahui apakah masih terdapat buku-buku karangan Voltaire yang masih dianggap ditulis oleh orang lain.
Cara mengecek otentisitas sumber:
lMenguji kesesuaian tanggal pembuatan dokumen dengan isi dokumen. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah pada dokumen itu ada materi yang anakronistis.
lMenyelidiki tinta yang dipakai untuk melihat apakah komposisi kimia tinta tersebut tidak anakronistis.
lMengidentifikasi pengarangnya dan tulisan tangan, tanda tangan, materai dan jenis huruf yang digunakan oleh pengarangnya.
lMenyelidiki apakah dalam dokumen itu ada langgam bahasa, seperti penggunaan idiom, orthografi atau pungtuasi yang anakronistis.
lMenyelidiki apakah referensi pada peristiwa-peristiwa atau penanggalan dokumen bersifat anakronistis
Untuk menjaga objektivitas sejarah yang harus dihindari:
lKesalahan pars pro toto. Anggapan bahwa bukti yang hanya berlaku untuk sebagian dianggap berlaku untuk keseluruhan. Misalnya, dalam karya Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mengeluh bahwa wanita Jawa selalu dipingit. Keluhan ini hanya benar untuk anak-anak gadis bangsawan, tidak dialami oleh gadis desa dan pesantren.
lKesalahan totem pro parte. Kebalikan dari pars pro toto, di mana sejarawan mengemukakan keseluruhannya, padahal yang dimaksudkan adalah bukti untuk sebagian. Misalnya, semua orang yang bersekolah di Negeri Belanda digambarkan seolah-olah menjadi orang barat yang berpikir dan berbicara seperti orang Belanda, padahal Sosrokartono menjadi mistikus, atau Hamengkubuwono IX yang menjadi seorang reformis.
lKesalahan menganggap pendapat umum sebagai fakta. Hal ini sering terjadi. Misalnya, orang Cina dianggap pandai berdagang. Anggapan ini mendorong berdirinya koperasi-kopersi Syarikat Islam padahal ada Cina di Bangka yang menjadi pembantu rumah tangga

INTERPRETASI
lAda dua macam interpretasi, yakni analisis dan sintetis.
lAnalisis berarti menguraikan. Dalam analisis, beberapa kemungkinan yang dikandung oleh suatu sumber sejarah coba untuk dilihat. Misalnya, dalam suatu dokumen yang ditemukan, ada suatu daftar anggota wajib militer suatu negara. Dari daftar tersebut terlihat sejumlah nama yang menunjukkan kekhasan daerah-daerah tertentu yang berbeda-beda. Dari daftar tersebut diketahui bahwa anggota wajib militer itu terdiri dari beraneka ragam suku bangsa.
lSintetis berarti menyatukan. Dalam sintetis, beberapa data yang ada dikelompokkan menjadi satu dengan generalisasi konseptual. Misalnya, ada data tentang pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, penggantian pejabat, pembunuhan, orang-orang yang mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera. Pengsintetisan data-data tersebut menghasilkan fakta bahwa telah terjadi revolusi
Untuk menghindari kesalahan interpretasi, ingat berikut ini:
lSejarawan harus dapat membedakan antara alasan, sebab, kondisi dan motivasi. Dalam kasus revolusi Indonesia. Alasan utama revolusi adalah kekejaman Jepang. Sebab revolusi adalah keadaan kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Kondisinya dapat ditelusuri di dalam gerakan nasionalisme. Sementara itu, motivasi bersifat teleologis. Artinya, untuk apa peristiwa itu terjadi?
lSejarawan harus menghindari kesalahan pos hoc, propter hoc (setelah ini maka ini). Kesalahan ini terjadi ketika seorang sejarawan menunjukkan bahwa karena peristiwa A lebih dahulu dari peristiwa B, maka B disebabkan oleh A.
lSejarawan harus menghindari kesalahan reduksionisme dengan cara menyederhanakan gejala-gejala yang sebenarnya kompleks.
lSejarawan harus menghindari kesalahan pluralisme yang berlebihan. Pluralisme yang berlebihan dapat muncul ketika sejarawan mencoba menghindari reduksionisme. Akan tetapi akibatnya, sejarawan sering tidak menjelaskan apa-apa. Sejarawan tidak menyebutkan faktor yang menentukan.

PENULISAN SEJARAH
lMenurut cara penyampaiannya, penulisan sejarah dibedakan menjadi dua, yaitu penulisan sejarah naratif dan penulisan sejarah strukturalis.
lPenulisan sejarah naratif merupakan penulisan sejarah dengan pendekatan sejarah sebagai rekaman peristiwa dan tindakan aktor sejarah secara individual yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Sejarah naratif ditandai dengan penggambaran pergumulan hidup manusia yang berhadapan dengan perjalanan nasibnya.
lPenulisan sejarah strukturalis sering disebut sebagai sejarah sosial. Penulisan sejarah dengan pendekatan ini memahami sejarah sebagai rekaman peristiwa struktural yang berupa proses dan corak perubahan masyarakat, bangsa, dan dunia.
lDalam penulisan sejarah, fakta-fakta sejarah harus diseleksi dan disusun dengan baik. Dalam menyeleksi fakta sejarah, masalah relevansi harus mendapat perhatian. Artinya, dalam penyelesaian, fakta-fakta sejarah yang akan digunakan adalah fakta-fakta sejarah yang berkaitan dengan topik penelitian.
lAda empat aspek yang menjadi ukuran bagi relevansi, yaitu aspek biografis, aspek geografis, aspek kronologis dan aspek fungsional
lPenyusunan fakta sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis dalam periode-periode waktu.
lPenyusunan fakta sejarah dapat juga dilakukan berdasarkan sudut pandang geografis di mana sejarah sedang terjadi, dan berdasarkan tokoh pelaku, baik orang maupun kelompok orang
Hasil penelitian sejarah ditulis dalam tiga bagian besar:
lPengantar. Dalam pengantar antara lain berisi permasalahan, latar belakang, historiografi dan pendapat penulis tentang tulisan orang lain, pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian, teori dan konsep yang digunakan, dan sumber-sumber sejarah.
lHasil penelitian. Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian penulisan. Pertanggungjawaban penulis diperlihatkan dengan menampilkan catatan dan lampiran karena setiap data yang ditulis harus disertai dengan data yang mendukung.
lKesimpulan. Dalam kesimpulan dikemukakan generalisasi dari uraian yang disajikan pada bagian sebelumnya. Selain itu, disajikan juga social significance. Dalam generalisasi ini akan tampak apakah penulis melanjutkan, menerima, memberi catatan atau menolak generalisasi yang sudah ada

SUMBER, BUKTI DAN FAKTA SEJARAH
lSumber sejarah dapat dilihat dari bahan maupun urutan penyampaiannya.
lBerdasarkan bahannya, sumber sejarah berupa sumber tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak.
lSumber tertulis berupa tulisan yang memuat informasi sejarah secara jelas sebagai hasil atau rekaman suatu peristiwa. Misalnya, prasasti, konstitusi, naskah, surat ataupun buku harian.
lSumber tidak tertulis atau artefak berupa benda-benda kebudayaan yang berhasil ditemukan mulai dari peralatan rumah tangga seperti gerabah sampai alat transportasi seperti pesawat luar angkasa.
lSelain kedua sumber ini ada juga sumber lisan. Sumber lisan berupa keterangan lisan yang langsung didapat dari pelaku ataupun saksi peristiwa yang terjadi di masa lalu.
lBerdasarkan urutan penyampaiannya, sumber sejarah berupa orang atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada saat peristiwa yang dikisahkan terjadi.
lSumber primer dihasilkan oleh orang yang sezaman dengan peristiwa yang dikisahkan, seperti naskah asli Proklamasi Indonesia tahun 1945.
lSumber sekunder adalah benda atau bahan yang telah diolah dan ditafsirkan oleh para ahli sejarah
lBukti dan fakta sejarah dipilih berdasarkan tingkat keberartiannya dan kaitannya dengan proses sejarah tertentu.
lFakta sejarah terdiri atas fakta mental dan fakta sosial. Fakta mental adalah gambaran tentang alam pikiran, pandangan, pendidikan, perasaan, dan sikap tokoh sejarah itu berada, seperti suasana zaman, lingkungan, dan masyarakatnya. Sebuah fakta sejarah seperti fakta mental belum tentu objektif. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kedekatan pembuat dokumen sejarah dari peristiwa sejarah baik dalam arti geografis maupun kronologisnya, dan keadaan fisik atau psikis pembuat dokumen seperti daya ingat dan daya perhatian.
lSuatu fakta dapat dikategorikan sebagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi dapat diketahui dari bukti sejarah yang diperoleh bukti sejarah dapat berupa bukti tertulis, seperti prasasti dan dapat pula berupa bukti tidak tertulis seperti cerita atau tradisi.













·  Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif.
·  Penelitian  Deskriptif yang yang bertujuan untuk  membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.
·  Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
·  Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek
·  Penelitian  Korelasional yang bertujuan untuk  mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi
·  Penelitian  Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk  menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali
·  Penelitian  Eksperimental semu yang bertujuan untuk  mengkaji kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan pengendalian.
·  Penelitian  Kausal-komparatif yang bertujuan untuk  menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi  dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
·  Penelitian  Tindakan yang bertujuan untuk  mengembangkan keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.

Read more:
METODE PENELITIAN >> Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian | belajarpsikologi.com











Pendekatan parafratis adalah strategi pemahaman kandungan karya sastera dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang dismpaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda digunakan pengarangnya.
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastera adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsure-unsur yang merangsang emosi atau perasaan pembaca. Rangsangan emosi itu dapat berupa keindahan bentuk maupun emosi yang berhubungan dengan isi gagasan, alur, atau penokohan.
Pendekatan analitis adalah pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan dan mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang, elemen intringsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen instringsik itu sehingga mampu membangunn adanya keselarasan dan kesatuan dalam membangun totalitas bentuk dan totalitas makna.
Pendekatan historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biography pengarang, latar belakang, peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi masa-masa terwujudnya karya sastera yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastera sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
Pendekatan sosiopsikologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan social budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastera diwujudkan.
Pendekatan didaktis adalah pendekatan yang berusahaa menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluative maupun sikap pengarang terhadaap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mengandung nilai-nilai moral yang mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.*










Definisi Pendekatan, Metode dan Teknik
Pendekatan adalah proses,perbuatan,atau cara mendekati (KBBI,1995). Dikatakan pula bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang paling berkaitan. Metode adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran atau pembelajaran. Proses situ tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah metode adalah prosedural. Teknik adalah sebuah cara khas yang operasional, yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,berpegang pada proses sistematis yang terdapat dalam metode. Oleh karena itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha atau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.


Secara etimologi pendekatan adalah derivasi kata dekat, artinya tidak jauh, setelah mendapat awalan pe dan akhiran an maka artinya (a) proses, perbuatan, cara mendekati (b) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.
Pendekatan dari sudut terminologi adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dari keterangan di atas, dapat kita pahami bahwa pendekatan terhadap objek pengkajian perlu dimasyarakatkan guna mendapatkan keterangan ilmiah seiring dengan tuntunan zaman. Oleh karena itu sangat perlu diketahui dalam makalah ini. Apakah makna pendekatan dan apa urgensinya dalam pengkajian Islam ?
Bertolak dari suatu momentun yang mengatakan bahwa Islam itu ibarat bola yang terapung di atas lautan dan hanya sepersepuluh yang terkena oleh air, maka untuk mendekati islam dengan hanya satu dimensi tidak cukup, melainkan harus melalui multi dimensi, serta manusia dengan segala kekurangannya tidak akan mempu untuk mengetahui seluruh dimensi tersebut.
Karena keluasan itu sehingga pengarang Shafwah al-Tafaasir mengatakan dalam pendahuluan kitabnya bahwa untuk membaca dan mengkaji seluruh kitab-kitab tafsir kita tidak mempunyai umur yang cukup untuk mengkajinya, maka kami hadir ditengah-tengah pembaca untuk menjawab tantangan itu. Ini baru salah satu cabang keilmuan yang terkecil dalam Islam, bagaimana dengan dimensi-dimensi keilmuan yang lain.
Maka dari sini, perlunya mengetahui arti pendekatan, urgensi dan macam-macamnya, karena dengan demikian maka akan mempermudah memilah dan mengkaji Islam dari sudut yang dimaksudkan oleh sekelompok pengkaji, sehingga presepsi pengkajian bisa tertuju pada satu sasaran.
Dari tolakan inilah, penulis menganggap perlu bagi seorang cendekia untuk mengetahui berbagai macam pendekatan dalam mendekati Islam, karena dengan mengetahui pendekatan yang dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mengkaji Islam maka akan lebih mudah dalam pengkajian yang lebih mendalam.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Persada, 2000.



















Dafatar Pustaka
Abdullah Taufik, Surjomihardjo Abdurrachman. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif. Jakarta: Gramedia.
Budiman Arif. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiwanti Erni: 2003. Islam Sasak: Wetu Telu Versus waktu lima. Yogyakarta: LKiS
Bungin Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana.
Burke Peter. 2003. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Frank A. G. 1984. Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi. Jakarta: Pustaka Pulsar
Hardiman F.B. 2003. Kritik Idiologi: Menyingkap Kepentingan Pengetahuan Bersana Jurgen Hubermas. Yogyakarta: Buku Baik.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kuntowijoyo. 1999. Budaya dan Masyarakat (edisi revisi sampul). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lauer H. Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyana Agus & Darmiasti. 2009. Historiografi di Indonesia: Dari Magis-Religius Hingga Strukturis. Bandung: Refika Aditama.
Nakosten Mehdi. 2003. Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam. Surabaya: Risalah Gusti.
Nordolth, Purwanto, Saptari. 2008. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. KITLV-Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Purwanto, Bambang. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!. Yogyakarta: Ombak.
Rifa’I Muhammad. 1978. Ilmu Fiqih Islam lengkap. Semarang: Karya Toha Putra.
Ritzer George & Goodman J. Douglas. 2011. Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik Hingga Postmodern. Jakarta: Kreasi Wacana.
Soejatmoko, Muhammad Ali, G.J. Resink (ed). 1995. Historiografi Indonesia: sebuah pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Supardan Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Soaial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Widja I Gde. 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa.
Inter
http://nasbahrygalery1.blogspot.com/2011/02/geneologi-ilmu-ilmu-sosial-di-indonesia_14.h
http://nasbahrygalery1.blogspot.com/1211/02/tirani-sejarah-nasional.html.
http://userperpustakaan.blogspot.com/1211/04/pemikiran-thomas-khun.html
http://abrarmuslim.blogspot.com/2010/03/pengilmuan-islam-dan-integrasi-ilmu_24.html
http://saniroy.archiplan.ugm.ac.id/?p=201S
http://filsafat.kompasiana.com/2011/07/09/kuntowijoyo-dan-ilmu-kenabian/

Koleksi Buku /199
Pendekatan historis, sosiopsikologis, dan didaktis dalam mengapresiasi karya sastra / penyusun Soedjiono ; penyunting Wahyudi Siswanto

Judul: Pendekatan historis, sosiopsikologis, dan didaktis dalam mengapresiasi karya sastra / penyusun Soedjiono ; penyunting Wahyudi Siswanto
Penulis: Soedjijono
Tahun: /199
Label: 809 SOE p
Penerbit: Malang : POPF-IKIP Malang
Tersedia: 10
Subyek: 1. KESUSASTERAAN - SEJARAH
I. Judul
II. Siswanto, Wahyudi


Sartono Kartodirdjo
Pendekatan ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah
Gramedia
Tahun terbit 1992 (cetakan pertama)
282 halaman
Prof.Dr. Sartono Kartodirdjo sejak tahun 1950-an memelopori studi sejarah Indonesia dengan pemikiran-pemikiran baru, yang menonjol dari buku ini adalah pergeseran penekanan dari kaedah historiografi konvensional dengan titik berat bidang politik, menuju ke historiografi gaya baru dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Ilmu sejarah tetap merupakan ratu, tetapi kini memperoleh bantuan dari ilmu-ilmu sosial hingga penulisan lebih bernuansa (sosial, ekonomis, antropologis, atau kultural) dan memiliki kedalaman tidak hanya datar.
Para peminat sejarah, khususnya mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan jurusan sejarah, para mahasiswa maupun para dosen, perlu memiliki dan mempergunakan buku pegangan ini. Top banget.
DAFTAR ISI
• Konsep dan Pperspektif Sejarah
o Teori dan pendekatan sejarah
o Kesadaran sejarah kita dewasa ini
o Apakah sejarah itu?
o Arti dan fungsi sejarah
o Perspektif sejarah I
o Perspektif sejarah II
• Rekontruksi Sejarah
o Rekontruksi sejarah
o Pendekatan sistem dan perspektif historis
o Struktur logis penulisan sejarah
o Masalah objektivitas dan subjektivitas
o Sekali lagi masalah objektivitas
o Subjektivitas masa kini
o Proses seleksi dalam rekontruksi sejarah
o Unit sejarah
o Periodesasi
o Seleksi dan tipologi
o Fakta dan nilai
o Imajinasi sejarah
o Kausalitas dalam sejarah
o Generalisasi dan kuantifikasi
o Proses dan struktur I
o Proses dan struktur II
• Sejarah dan Ilmu Sosial
o Pendekatan ilmu sosial
o Sejarah dan geografi
o Sejarah dan ekonomi
o Ssejarah dan psikologi sosial
o Sejarah dan ilmu politik
o Sejarah dan antropologi
• Kategori sejarah
o Sejarah sosial
o Sejarah politik
o Sejarah mentalitas
o Sejarah intelektual
o Sejarah agraria
o Sejarah kebudayaan I
o Sejarah kebudayaan II













Metodologi Sejarah

Metodologi Sejarah

Prof. Dr.Kuntowijoyo dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah menerangkan bahwa kesimpulan sejarah harus didasarkan dengan empat tahapan:
(1) heuristik atau pengumpulan data sejarah yang betul-betul valid dan otentik
yang kemudian terbagi data primer dan sekunder;
(2) kemudian masuk kritik atau pengujian kebenaran dari data yang disajikan tersebut. Seandainya sudah betul-betul lulus uji alias kebenarannya tidak disangsikan maka data itu disebut fakta sejarah;
(3) selanjutnya masuk interpretasi. Fakta-fakta sejarah tadi kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan bantuan ilmu-ilmu sosial atau ilmu bantu lainnya sehingga dapat diketahui hakikat dibalik kejadian sejarah atau fakta sejarah;
(4) apabila sudah melakukan interpretasi baru masuk tahapan mnyimpulkan dengan menuliskannya. Tahap inilah tahap yang disebut historiografi. Jadi, tidak asal menarik kesimpulan.
Istilah sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
Manusia dalam dimensi waktu, selalu memberikan sisi misteriusnya yang sulit untuk dijelaskan secara ilmiah. Aspek pemikiran manusia dalam hal inovasi memang terus mengalami perkembangan yang signifikan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya gerak sejarah. Munculnya sebuah peradaban dalam realita historis telah membantu kehidupan manusia masa kini, dan bahkan, di masa depan. Sejarah dijadikan sebagai sebuah alur pijakan dalam merevitalisasi setiap aspek internal dalam struktur sosial umat manusia.
Rekonstruksi Masa Lalu
Menurut Prof. Dr. Djoko Soerjo, M.A. (Guru Besar Sejarah di Universitas Gajah Mada dan dosen luar bisaa di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikerjakan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh seseorang. Namun, perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu (rekonstruksi) bukanlah untuk kepentingan masa lalu itu sendiri. Sejarah memiliki kepentingan masa kini dan, bahkan, untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang tidak akan belajar dan mengkaji sejarah kalau tidak ada gunanya bagi kehidupan, dan kenyataannya, sejarah terus menerus dituliskan di setiap peradaban dan sepanjang waktu. Hal ini sebenarnya cukup bisa membuktikan bahwa sejarah itu adalah sangat diperlukan. (Nor Huda, 2007: 13)
Hal inilah yang menjadi dasar dari perlunya mempelajari dan merealisasikan nilai moral (morality value) dalam kisah sejarah di masa lampau. Eksistensi sebuah peradaban memiliki beragam budaya dan nilai yang reflektif. Sartono Kartodirdjo dalam buku Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (1993: 14), menyatakan bahwa sejarah dalam arti subjektif merupakan sebuah konstruk, yakni bangunan yang disusun oleh penulis sejarah sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik aspek proses maupun aspek struktur daripada sejarah itu sendiri.
Kesatuan koheren inilah yang menimbulkan keutuhan bangunan sejarah. Sejarah adalah konstruksi yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur determinan dalam aspek kausalitas sejarah selalu mendapat dukungan dari formal causa dan final causa. Sejarawan selalu bekerja dengan dokumen, yakni data dan fakta yang valid. Tidak ada dokumen berarti tidak ada sejarawan, dan selanjutnya tidak ada sejarah sebagai satu kesatuan yang utuh. Value atau nilai sangat bergantung dari dokumen yang digunakan.

Aktualisasi Masa Lalu Dalam Persfektif Kontemporer
Sejak ilmu diplomatik diciptakan oleh Mabillon (1632-1707), pemakaian dokumen sebagai sumber sejarah mulai memerlukan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik secara ekstern memiliki orientasi atas otentisitas sumber sejarah. Apakah sumber yang digunakan otentik atau tidak, yaitu kenyataan identitasnya, bukan tiruan atau palsu. Aktualisasi kritik ini dilakukan secara analitik, mendalam, dan penuh ketelitian. Aspek inilah yang memiliki hubungan erat dengan kualitas seorang sejarawan dalam mengaktualisasikan fakta sejarah dalam persfektif kontemporer. Kritik intern memiliki orientasi atas kredibilitas, yakni bisa dipercayakah sumber, isi dokumen, fakta-fakta, dan pernyataannya. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi penulis, dari hal sifat dan wataknya, daya ingat, jauh dekatnya dengan peristiwa dalam dimensi waktu, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah perkuliahan di kelas, dosen metodologi penelitian sejarah mengemukakan mengenai pentingnya teori dan metodologi dalam  pendekatan kajian sejarah. Beliau mengatakan bahwa sejarah dalam artian yang sesungguhnya akan memiliki arti penting sebagai pijakan hidup bila dikaji melalui beberapa pendekatan. Dengan menggunakan teori dan metodologi, seorang sejarawan akan menghasilkan jenis sejarah baru (cabang sejarah). Kita tentunya mengenal sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah kota, sejarah revolusi, dlsb. Inilah produk kreatif ketika teori dan metodologi dipergunakan dalam pengkajian peristiwa sejarah.
Proses aktualisasi internal sebuah peristiwa sejarah di masa lampau dilakukan melalui beberapa pendekatan, dalam hal ini adalah pendekatan dalam teori dan metodologinya. Ada beberapa jenis pendekatan yang digunakan oleh sejarawan dalam melakukan rekonstruksi sejarah, setidaknya ada tujuh point teori yang menghiasi cara kerja sang sejarawan dalam proses rekonstruksi.















Referensi dari laman web
Hyper-Insomnia: Warisan dari Guru Kehidupan
Dua buku mengenai sejarah karya beliau sebelumnya, Pengantar Ilmu Sejarah (1995) dan Metodologi Sejarah (1994), menempatkan beliau sebagai tokoh pengembang ...
avaproletar.blogspot.com/2008/04/warisan-dari-guru-kehidupan.html
[wongbanten] Narativisme versus Strukturalisme dalam Penulisan Sejarah
Daftar Bacaan Leirissa, rz, “Diktat Metodologi Sejarah” tidak diterbitkan. ... Kartodirdjo, Sartono, “Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah” ...
www.mail-archive.com/wongbanten@yahoogroups.com/msg01007.html
Penerbit Tiara Wacana Yogya
BUKU yang di tangan anda ini adalah pertanggungjawaban penulisnya yang selama ini memegang matakliah Teori dan Metodologi Sejarah pada Jurusan Sejarah, ...
tiarawacana.co.id/info-buku.php?ID=113
Perang Salib: Peperangan Politik dan Kekuasaan, atau Dakwah Agama ...
A. Metodologi Sejarah Sebagian besar orang menganggap bahwasanya sejarah merupakan .... Kuntowijoyo (2003), Metodologi Sejarah, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta ...
qahar.wordpress.com/2008/02/04/perang-salib-peperangan-politik-dan-kekuasaan-atau-dakwah-agama/
HISTORIOGRAFI PESANTREN: PERSPEKTIF METODOLOGIS Antara Ada dan ...
yang lepas dari metodologi sejarah dapatkah disebut sejarah. Dalam konteks .... tegas menggunakan metodologi sejarah. Beberapa tulisan tentang pesantren ...
www.geocities.com/konferensinasionalsejarah/joko_sayono_historiografi_pesantren_.pdf
Tempointeraktif.com - Kado Dua Buku di Ulang Tahun Kuntowijoyo
Buku karyanya yang berjudul "Wasripin dan Sutinah" serta "Metodologi Sejarah" itu diluncurkan di University Center kampus Universitas Gadjah Mada, ...
www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2003/09/18/brk,20030918-22,id.html
Jurnal Online - Pendekatan Sejarah Dalam Penelitian Agama
Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994. Louis Gottshalk. ... Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia, 1992. ...
uin-suka.info/ejurnal/index.php?option=com_content&task=view&id=89&Itemid=52
Meski belum sepenuhnya disadari, salah satu hal yang terpenting ...
Kuntowijoyo dalam bukunya Metodologi Sejarah yang kerap menjadi pegangan bagi ... Metodologi Sejarah.,cetakan I, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, hal. ...
www.indie-indonesie.nl/content/documents/papers-urban%20history/dias%20pradadimara.pdf
Informasi bibliografi
QR code for Metodologi sejarah
Judul
Metodologi sejarah
Penulis
Kontributor
Universitas Gadjah Mada. Jurusan Sejarah
Penerbit
Tiara Wacana Yogya., 2003
ISBN
9799340470, 9789799340474
Tebal
287 halaman


















Contoh Format Surat Dinas Resmi
SMK NEGERI TEPUS
Jl. Pule Gundes Tepus Gunungkidul
No. Telp. 021-780000000
Nomor : 013/SMK Plt.Jy/XII/2012 Jakarta, 22 April 2012
Lampiran : 1 Lembar
Perihal : Pemberitahuan

Kepada
Yth, Bapak/Ibu/Orang Tua/Wali Murid
Di Jakarta

Dengan Hormat,

Agar terwujudnya keinginan anak-anak kami semua yaitu lulus dengan nilai yang sempurna, kami telah membuat suatu langkah agar anak-anak Ibu dan Bapak semua dapat lulus dengan hasil yang maksimal.
Harapan kami Bapak dan Ibu berkenan memberikan motivasi demi kesuksesan program belajar kami yaitu sukses mencapai UN. Acara ini akan kami selenggarakan pada:

Hari, tanggal : Senin, 23 April 2012
Waktu : 08.00-12.00 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Lt. 2
Motivator : Bpk. Karyo Sentono

Tujuan dari acara ini adalah agar Bapak dan Ibu dapat memberikan motivasi dan dukungan semangat belajar kepada siswa. Dengan dukungan dari Bapak dan Ibu sekalian, kami berharap anak murid dapat lebih efisien mempergunakan waktu yang singkat ini untuk rajin belajar.
Sekian pemberitahuan dari kami. Atas perhatianyya kami ucapkan terima kasih.


Kepala Sekolah SMK N Tepus


Bpk. Sudiyono

Tembusan :
Ketua Yayasan SMK N Tepus




DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN TULUNGAGUNG
=======================================================
Tulungagung, 11 Mei 2011
Nomor : 007/DIKPORA/KT/IV/2011
Lampiran : -
Perihal : Undangan
Yth. Sdr. Alan Kevi Prasetyo
Jl. Cendrawasih No. 12
Perum Gading Mas
Boyolangu
Dengan hormat,
Kami mengundang Saudara untuk menghadiri rapat yang akan diadakan pada:
Hari          : Selasa, 25 April 2011
Tempat   : Gedung pertemuan DIKPORA Kab. Tulungagung
Waktu      : 10.00 – 12.00 WIB
Acara       : Dengar pendapat dengan Dewan DPRD Kab. Tulungagung
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih
Hormat kami,
Kepala DInas Dikpora Kab. Tulungagung
Drs. Adullah hasnawai










=====================================================
DINAS PENDIDIKAN
SMU NEGRI 1 Tulungagung
Jl. H. Akhsan / Jl. Mohamad Tohari
=====================================================
No      : 009/124/SMU/XIII/2009
Hal     : Rapat Dinas
Sifat   : Sangat Penting
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Guru dan Staf Pegawai SMU Negeri 1 Tulungagung
di
Tempat
Assalamualaikum wr. Wb.
Sehubungan dengan maraknya aksi-aksi anarkis dan semakin maraknya penggunaan obat-obat terlarang di kalangan pelajar, maka sangat penting sekali kita bertindak secara bersama-sama, dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu untuk menghadiri rapat dinas yang kami adakan :
Adapun acara tersebut Insya Allah akan dilaksanakan pada :
Hari          : Sabtu Tanggal 15 Agustus
Waktu      : 08.00 s.d 14.00
Tempat   : Ruang Rapat
Demikian surat ini kami sampaikan, semoga bapak/ibu dapat memakluminya. Atas perhatian dan kerjasamanya bapak/ibu. Kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Kepala SMU Negeri 1 Tulungagung
Dr. Alan Kevi P, S.Pd







1 komentar: