Selasa, 13 Desember 2016

Puisi tema badai (termaktub dalam antologi puisi yang diselenggarakan oleh ujwart publisher


Tentang Badai di Aksara
Karya: Iklima Syafitri

Angin hari itu mengantarkan pesan duka pada hati yang tengah terluka
Lewat embun-embun hangat yang mengalir dari luapan hati yang bersedih
Petir bergemuruh di langit yang mengusam di siang bolong
Menghantam!
menghentak!
 Di setiap sudut ruang yang ada tanpa ampun
            Aku menengadah pada langit yang berwajah suram menakutkan
            Ku curi suasana dari celah-celah jendela yang bergemetaran
            Pada udara yang tengah merengang nyawa melihat keluar jendela
            Pohon, ranting dedauan yang menua, dedauan kering yang mengiba, burung-burung
            kecil yang menangis kehilangan induknya, bahkan jejak-jejak di hiruk-pikuk jalanan
            nyaris tak bersuara
Ku lihat kembali, semakin menjauh, jauh, dan menjauh
Laut berusaha menelan ludah
Namun buih-buih ludah membuncah-buncah
Terdengar suara ombak mendesah dicumbu badai yang bernafsu bergairah
Hingga sampai pada puncaknya
            Ku lihat lagi di tempat yang berbeda dari celah jendela yang sama
            Debu-debu terombang-ambing bersama badai kemana ia suka
            Pasir-pasir harus rela bernomaden dalam pusaran badai yang bernafsu
            Bernomaden, bernomaden hingga badai puas bermain-main pada permainan tuanya
Jendela berkeringat oleh hembusan nafasku
Di celah-celah jendela, masih di jendela yang sama
Kurapalkan doa paling tua
Masih doa paling tua
Paling tua
Agar badai berhenti pada perhentiannya, untuk perhentian yang terakhir kalinya
Hingga tak ada lagi cerita tentang badai di aksara.

Pekanbaru, 29 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar